Tanaman Kakao : Sejarah, Taksonomi, Morfologi, Syarat Tumbuh, dan Produk Olahan Kakao
TANAMAN KAKAO
Tanaman kakao (Theobroma cacao L.).
Kakao atau cokelat diberi nama Theobroma cacao yang
dalam bahasa Yunani Theos berarti dewa
sedangkan Broma berarti
santapan. Jadi, Theobroma berarti
santapan para dewa. Theobroma cacao adalah nama biologi yang diberikan pada
pohon kakao oleh Linnaeus pada tahun 1753. Tempat alamiah dari genus Theobroma
adalah di bagian hutan tropis dengan banyak curah hujan, tingkat kelembaban
tinggi, dan teduh. Dalam kondisi seperti ini Theobroma cacaojarang berbuah dan
hanya sedikit menghasilkan biji (Spillane 1995). Tanaman kakao bukan
tanaman asli Indonesia.
Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat. Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10m.
SEJARAH TANAMAN KAKAO
Kakao adalah salah satu dari tiga bahan minuman non alk*h*l
(ka*a*, teh, kopi) yang telah tersebar luas di dunia, berasal dari hutan tropis
di dunia Amerika (Wood,1973).
(Hall 1932) Melaporkan bahwa menurut Decandole
tanaman kakao berasal dari hutan belantara di antara sungai Amazon dan sungai
Orinocco. Pendapat tersebut menjadi kabur dengan diketemukannya pohon-pohon
kakao yang tumbuh liar di hutan belantara Amerika tengah, antara sungai
Orrinocao dan sungai Panama, serta di pulau Granada dan beberapa pulau di
kepulauan Antillen. Stahel yang mengadakan ekspedisi ke pedalaman Amerika
bagian tropic menyimpulkan bahwa kakao porastero berasal dari sisi timur
pegunungan Andes bagian utara dan Criollo dari sisi barat (Wirarjo, 1970).
Tanaman Kakao jenis Criollo merupakan satu satunya
jenis kakao yang pertama kali ditanam di Indonesia. Menurut Graafland (Hall,
1949) Tanaman kakao sudah ada di Indonesia pada zaman “culture stelsel” pada
tahun 1826, akan tetapi belum merupakan tanaman perusahaan. Menurut Jansen,
residen Minahasa (Hall, 1949) usaha-usaha untuk menjadikan kakao sebagai
tanaman yang mendatangkan uang telah di coba di daerah itu. Akan tetapi
menghadapi kesulitan karena hama penyakit.
Jadi Minahasa merupakan daerah yang pertama kali
mengusahakan tanaman kakao di Indonesia. Menurut keterangan yang dikumpulkan
Jansen, tanaman kakao yang di tanam di Indonesia berasal dari biji-biji kakao
yang dibawa oleh bangsa Portugis pada waktu menaklukan kepulauan sangir. dari
sangir mereka melanjutkan perjalanan ke Manado dan di situlah mereka menanam
biji-biji kakao yang dibawanya. Dugaan tersebut berdasarkan kenyataan bahwa
bangsa Portugis yang pada waktu itu sebagai pemegang monopoli atas perdagangan
kakao.
Biji kakao yang sampai Manado tersebut mungkin
dibawa dari Meksiko lewat Filipina, jenisnya adalah Criollo Amerika Tengah yang
saat ini banyak kita temui di tanah Indonesia terutama di daerah Jawa dan
Sumatra karena tanaman ini cukup mudah untuk di budidayakan dan harga jualnya
cukup tinggi dan membantu perekonomian masyarakat yang pekerjaan utamanya
adalah petani.
TAKSONOMI
Tanaman kakao yang dikomersialkan adalah
spesies Theobroma cacao L. merupakan satu di antara 22 spesies
dalam genus Theobroma, meskipun ada juga T. pentagona, namun
nilai komersialnya masih
rendah. Spesies selain itu hingga saat ini belum ada yang
dikomersialkan, misalnya Theobroma glandiflora yang pulp buahnya
beraroma harum sehingga berpotensi digunakan sebagai bahan
minuman. Semua spesies magra Theobroma tersebut
termasuk tanaman diploid dengan jumlah kromosom 20 buah. Sistematika
kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Subkelas : Dialypetalae
Ordo : Malvales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Theobromo
Spesies : Theobroma cacao Linneau
MORFOLOGI
Daun
Daun
merupakan organ vegetatif utama yang dapat digunakan secara mudah untuk
membedakan antar genotipe kakao berdasarkan variasi warna flush atau
daun muda. Warna flush kakao sangat variatif
tergantung intensitas kandungan antosianin, mulai kuning cerah (tidak ada
antosianin), kecokelatan, merah muda hingga merah tua. Bentuk flush tersebut
tipis dan lunak yang relatif sama antar tanaman.
Daun
kakao juga bervariasi dalam hal bentuk, ukuran, dan tekstur. Bentuk
daun kakao bias ditentukan berdasarkan rasio panjang dan lebar dari titik
terlebarnya sehingga dapat diketahui apakah daun berbentuk oval (rasio <2),
ellips (rasio =2), atau obovate (rasio >2). Ukuran daun ada yang
kecil, sedang, ataulebar sedangkan teksturnya ada yang halus dan ada yang
bergelombang. Karakteristik warna dan bentuk daun ini tidak
berhubungan dengan produktivitas tanaman.
Bunga
Bunga
kakao termasuk jenis cauliflowers, yaitu bunganya menempel pada
batang atau cabang-cabang utama, meskipun ada juga tanaman kakao yang tidak
bersifat cauliflowers. Bunga kakao mengikuti rumus K5C55A5+5G(5),
yaitu tersusun atau 5 kelopak bunga (sepala) yang tidak saling terkait, 5
mahkota (petala), 10 tangkai sari (tersusun dalam 2 lingkaran) masing-masing
terdiri atas 5 tangkai sari (stamen) dan 5 daun buah (staminode) yang bersatu
(Murray, 1975).
Pembungaan
kakao bias terjadi sepanjang tahun meskipun intensitasnya bervariasi antar
musim, tergantung kondisi iklim dan tingkat produksi buah (Bartley,
2005). Bunga kakaomemiliki bakal buah (ovary) dengan beberapa
sel telur yang terpilih dalam 5 ruang (loculus) dan setiap ruang berisi
beberapa sel telur yang jumlahnya bervariasi antara 8 hingga 16, tergantung
faktor genetik tanaman (Bartley, 2005). Bunga kakao yang telah
terserbuki akan berkembang menjadi buah hingga masak memerlukan waktu sekitar 5
– 6 bulan.
Secara
umum, kakao bersifat menyerbuk silang (cross pollinated) meskipun ada
perbedaan kompatibilitas persilangan antar genotipe kakao. Tanaman kakao
terbagi dalam tiga macam, yaitu kompatibel menyerbuk sendiri (self
compatible), kompatibel menyerbuk silang secara umum (general cross
compatible), dan kompatibel menyerbuk silang secara spesifik (specific
cross compatible) (Suhendi et al., 2000).
Buah
Bentuk
dan warna buah merupakan bagian terpenting bagian terpenting tanaman kakao yang
dapat digunakan untuk membedakan antargenotipe tanaman. Buah kakao bervariasi
dalam hal warna, bentuk, bentuk pangkal, dan ujung. Variasi bentuk buah kakao
sangat ekstrem, antara lonjong (oblong), jorong (clliptic), bulat
telur sungsang (obovate), bundar (orbicular), dan jorong lintang
(oblate). Demikian juga keberadaan leher botol (bottle neck) pada
pangkal buah bevariasi mulai tidak tampak hingga tampak sangat kuat, sedangkan
variasi ujung buah antara lain tirus (attenuate), lancip (acute),
tumpul (abtuse), membulat (rounded), berputing (mammelate).
Warna buah kakao muda bevariasi antara merah, hijau, hijau muda, merah, merah
muda, merah keputihan, merah tua, cokelat, dan cokelat kemerahan, kemudian
berubah warna bila masak yang bervariasi antara hijau kekuningan, kuning,
oranye, dan merah kekuningan (Susilo, 2005). Buah kakao apabila telah masak
akan berubah warna dari warna dasar tersebut. Perubahan warna buah ini juga tergantung
jenis klon. Secara umum, apabila buah kakao berwarna hijau bila masak akan
berubah kuning, sedangkan buah yang berwarna merah akan berubah menjadi orange.
SYARAT TUMBUH
Iklim
Iklim
adalah keadaan rata-rata dari tingkah laku atau pola cuaca yang terjadi pada
periode tertentu yang panjang yang umumnya diukur melalui curah hujan, suhu
udara, tekanan udara, evaporasi, kecepatan dan arah angina, lama penyinaran,
dan energy radiasi matahari. Iklim merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Pada daerah asalnya, tanaman kakao
merupakan tanaman yang tumbuh pada kondisi lingkungan di bawah hutan hujan
tropis. Habitatnya merupakan daerah yang panas dan lembap. Oleh karena itu,
beberapa komponen iklim berpengaruh sangat besar terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman kakao, antara lain: suhu, curah hujan, angin, kelembapan,
dan cahaya.
Kondisi
iklim makro tidak dapat diubah melalui teknik budidaya, namun demikian kondisi
iklim mikro di dalam kebun kakao sampai batas tertentu dapat diatur melalui
pengaturan pohon pelindung yang berpengaruh terhadap penyinaran dan kelembapan.
Komponen
iklim lainnya, seperti lama penyinaran dan lain-lain, pada umumnya karena
komponen-komponen iklim tersebut sudah tercermin dan saling berkaitan dengan
curah hujan dan suhu, sehingga respon tanaman kakao terhadap komponen iklim
lainnya sudah dapat diwakili oleh curah hujan dan suhu.
a) Suhu
Suhu merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap proses fisiologi tanaman kakao. Beberapa ahli menyebutkan bahwa suhu yang sesuai untuk tanaman kakao berkisar antara 23 – 27oC, atau 24 – 28oC. Batas bawah untuk keberhasilan pertumbuhan tanaman kakao adalah rata-rata suhu bulanan 15oC dan suhu minimum absolut tidak kurang dari 10oC. Suhu yang optimal untuk kakao adalah antara 15 – 30oC dengan suhu optimum 25oC.
Suhu rendah dapat menghambat petumbuhan dan perkembangan tanaman kakao. Pada suhu dibawah 25oC pembentukan bunga terhambat dan pertumbuhan melambat. Kerusakan tanaman terjadi apabila terjadi keadaan beku (frost) akan menyebabkan daun gosong dan semua bunga gugur. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan pertumbuhan vegetative yang berlebihan. Pada suhu lebih dari 28oC, akan menyebabkan terjadinya ledakan tunas (flush) yang berlebihan. Suhu juga berpengaruh terhadap perkembangan buah kakao. Pada suhu yang lebih rendah, buah kakao membutuhkan waktu yang lkebih lama untuk menjadi masak.
Lebih lanjut disarankan untuk tidak menanam kakao pada tempat dengan ketinggian lebih dari 900mdpl, karena berawan dan sering terjadi periode berkabut yang panjang sehingga tanaman kakao mudah terserang penyakit.
b) Curah hujan
Curah hujan dan distribusi nya merupakan faktor penting dalam budidaya kakao. Tanaman kakao memerlukan curah hujan tahunan yang lebih besar dari pada evapotranspirasi nya atau memrlukan curah hujan yang cukup dan terdistribusi merata. Curah hujan yang diperlukan oleh tanaman kakao bervariasi antara 1.500-2.500 mm/tahun. Pada daerah dengan curah hujan hujan kurang dari 1.200 mm/tahun tanaman kakao hanya akan berhasil jika ada irigasi, karena evapotrasinya lebih besar dari pada curah hujan.
c) Kelembaban udara
Tanaman kakao membutuhkan lingkungan dengan kelembaban udara yang tinggi. Kelembaban yang tinggi dan konstan di atas 80% merupakan mikroklimat hutan hujan tropis dan dapat menjamin keseimbangan metabolism tanaman, karena kelembaban yang tinggi akan mengimbangi evapotransipirasi. Pada tanah yang mempunyai kandungan air yang cukup, tanaman dapat memelihara keseimbangan air pada kondisi kelembaban udara rendah. Jika tanah mampu menyediakan air, penurunan kelembaban udara sampai dengan 40-5-% pada tengah hari tidak merugikan tanaman, namun apabila kehilangan air melebihi penginapan dalam waktu yang lama, tanaman akan layudan mati. Keadaan dengan kelembaban yang tinggi dapat mengurangievapotranspirasi dan mengopensasi curahhujan yang rendah. Namun perlu diingat bahwa keadaan dengan kelembaban yang tinggi dan terus-menerus yang memungkinkan terjadinya serangan penyakit yang di sebabkan oleh jamur.
d) Angin
Angin merupakan faktor yang perlu di perhatikan dalam budidaya kakao. Angina yang bertiup dapat merusak tanaman kakao melalui dua cara, yaitu: (a) angin dapat merobek dan merusak daun, terutama daun muda yang baru berkembang dari flush, dan (b) meningkatkan kehilangan air dari tanaman melalui transpirasi yang akhirnya menyebabkan defoliasi (daun gugur). Di daerah dengan kecepatan 1m/detik tidak terjadi defoliasi. Di daerah dekat laut, angina yang mengandung garam juga berpengaruh terhadap gosongnya daun kakao, akibat timbunan unsur khlor pada daun meningkat. Lama dan intensitas angina menjadi pembatas dalam budidaya kakao pada daerah yang sering dilalui angina keras tanaman kakao tidak dapat tumbuh baik tanpa adanya tanaman pematah angin.
e) Cahaya
Cahaya merupakan faktor penting yang berhubungan dengan pertumbuhan dari produksi tanaman kakao. Sebagai tanaman yang pada daerah asalnya tumbuh terlindung pohon besar dalam budidayanya tanaman kakao memerlukan naungan. Tidak mungkin untuk menanam kakao di lapangan tanpa menaungi tanaman muda pada 2 – 3 tahun pertama. Intensitas cahaya dengan 75% cahaya matahari dapat dikatakan sebagai intensitas penyinaran optimum.
Pada kondisi persyaratan lain, pada keadaan terpenuhi dilaporkan bahwa pembongkaran naungan dan penggunaan pupuk dapat meningkatkan produksi kakao. Namun meningkatnya produksi kakao karena pembongkaran naungan biasanya tidak langgeng. Masalah cahaya tampaknya tidak lepas dari masalah naungan, sehingga dapat dikatakan bahwa naungan tetap diperlukan dalam budidaya kakao, karena tanaman penaung juga berfungsi sebagai penyangga lingkungan, yaitu berfungsi untuk mengatur cahaya, menjaga suhu dan kelembapan, serta mengurangi evaporasi dari tanah. Macam dan jenis tanaman penaung kakao dapat disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan kegunaanya.
Tanah
Tanah
merupakan lapisan terluar dari kerak bumi yang terdiri atas batu, mineral, dan
bahas organic. Tanaman kakao dapat tumbuh dan berkembang pada beberapa jenis
tanah. Tanah yang optimal untuk tanaman kakao adalah tanah yang dalam, memiliki
daya retensi air yang tinggi, berdrainase dan aerasi baik, tidak memilki
lapisan pembatas pertumbuhan akar, dan memiliki kemampuan yang tinggi dalam
menyediakan unsur hara.
Sifat-sifat
tanah yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman adalah sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah. Sifat kimia tanah yang meliputi kadar unsur hara
dalam tanah baik makro maupun mikro, kejenuhan basa, kapasitas pertukaran
kation, pH atau kemasaman dan kadar bahan organic relative mudah untuk
diperbaiki dengan teknologi yang ada. Sifat fisik meliputi tekstur, struktur,
konsistensi, kedalaman solum, konkresi, yang relative sulit untuk diperbaiki
walaupun teknologi untuk beberapa perbaikan fisik sudah ada. Sifat biologi
tanah belum menjadi pertimbangan dalam melakukan penilaian kesesuaian lahan,
karena hubungannya belum banyak diketahui secara pasti. Secara tidak langsung
sifat tersebut memengaruhi pertumbuhan tanaman.
PRODUK OLAHAN KAKAO
Biji Kakao
Biji dari buah tanaman kakao digunakan sebagai bahan utama makanan olahan
cokelat. Biji kakao diperdagangkan dalam bentuk fisik berupa biji kakao kering
dan biji kakao basah.
Tanaman
kakao (Theobroma cacao) sendiri dibagi dalam tiga kelompok besar yaitu jenis
Criollo, Forastero dan Trinitario. Criollo menghasilkan biji kakao dengan aroma
yang sangat kuat tanpa rasa pahit dan serangan hama penyakit dengan jumlah
rendah. Forastero lebih tahan perubahan iklim dan serangan hama, tetapi bijinya
memiliki aroma yang lemah dengan rasa yang pahit.
Pulp
atau daging buah menutupi 20 – 40 buah biji kakao. Pada buah yang masak, pulp
memiliki konsistensi lunak dan berlendir dengan rasa yang manis dan warna putih
seperti susu. Biji kakao sendiri berbentuk oval pipih. Panjang biji sekitar 2
cm dengan lebar sekitar 1 cm dan berat ± 1 gram jika dikeringkan.
Lemak Kakao
Mentega,
minyak kakao, atau lemak kakao adalah lemak nabati berwarna kuning pucat yang
dihasilkan dari ekstraksi biji kakao. Lemak coklat memiliki beberapa bentuk
polimorfik dan proses pendinginan yang dilakukan akan sangat mempengaruhi
bentuk kristalnya. Jika pemadatan (kristalisasi) coklat cair dilakukan dengan
proses pendinginan yang tidak terkontrol, akan dihasilkan coklat padat dengan
tekstur yang bergranula. Lemak atau minyak kakao diolah menjadi bahan pembuatan
kue (mentega) dan industri kimia dan farmasi (obat-obatan dan kosmetika).
Pasta Coklat
Pasta
coklat, Cocoa Mask, Cocoa Liquor yang biasa dikenal dengan chocolate
paste/massa cokelat adalah olahan biji kakao dalam bentuk cair atau pasta yang
diekstrak dari biji kakao setelah melalui tahapan proses peremukan. Produk
olahan ini biasa digunakan untuk membuat kue atau minuman.
Pembuatan
pasta coklat melibatkan tahapan proses pembersihan biji, pemisahan kulit dan
penyangraian. Pembersihan ditujukan untuk mengeluarkan pengotor yang mungkin
terbawa, seperti pasir, batu, partikel-partikel tanaman dan sebagainya.
Keberadaan pengotor ini tidak diinginkan. Jika pengotor yang keras hanya
potensial untuk merusak peralatan proses, maka pengotor organik juga bisa
merusak flavor coklat selama proses penyangraian.
Proses
penyangraian biji coklat dilakukan pada suhu maksimal 150oC, selama 10 – 35
menit, tergantung dari tujuan akhir penggunaan biji. Keberadaan kulit ari dan
lembaga tidak diinginkan karena akan merusak flavor dan karakteristik produk
olahan coklat.
Coklat Compound
Cokelat
compound merupakan salah satu kategori produk yang dapat Anda gunakan sebagai
bahan berbagai jenis makanan dalam bisnis. Cokelat compound telah melalui
proses modifikasi khusus dari lemak nabati dan cokelat bubuk khusus sehingga
dapat memberikan rasa terbaik. Tanpa harus melalui proses tempering selama
pengolahan, cokelat compound biasanya sudah memiliki titik lumer yang lebih
tinggi dan cepat. Efisiensi inilah yang membuat Anda semakin mudah dalam
menciptakan kreasi cokelat lezat.
Inilah
mengapa produk bahan ini sangat cocok untuk beragam teknik aplikasi pengolahan
cokelat, seperti coating, dipping, filling, moulding, hingga decorating. Selain
itu juga bisa digunakan untuk pengolahan makanan dalam jumlah besar, yaitu es
krim, roti dan lainnya.
Bubuk Kakao
Bungkil
biji hasil dari pengepresan dihaluskan dengan menggunakan alat penghalus
(breaker) dan diayak untuk memperoleh ukuran partikel bubuk yang seragam. Kadar
lemak di dalam coklat bubuk berkisar antara 10 – 22%. Bubuk coklat dengan kadar
lemak yang lebih tinggi biasanya memiliki warna yang lebih gelap dan flavor
yang lebih ringan.
Komentar
Posting Komentar